Rabu, 15 Juni 2011

Ibu Kejujuran

Ibu Kejujuran

By 
Font size: Decrease font Enlarge font
Betapa Ibu Siami tak pernah membayangkan, pilihannya bersikap jujur dan ketulusannya mengajarkan kejujuran kepada anaknya justru menuai petaka. Meski harus menerima konsekuensi, diusir oleh ratusan warga setelah melaporkan guru SDN Gadel 2 yang memaksa anaknya, Al, memberikan contekan kepada teman-temannya saat ujian nasional, warga Gadel, Surabaya itu, tidak menyesal telah mengungkapkan kejujuran. Bagi perempuan sederhana seperti dia, kejujuran adalah hal biasa, bukan suatu kemewahan.  Tapi yang biasa itulah, pasti serupa emas yang akan dijaganya sampai kapan pun.

Di sebuah negeri yang penuh dengan para pembohong, tentu sangat sulit untuk menerima atau mengakui kejujuran. Sehingga whistleblower kasus contekan massal seperti Ibu Siami, atau siapa pun pengungkap kebohongan, harus menuai cacian katimbang pujian, bahkan diusir dari rumahnya sendiri. Inilah ironi, yang repotnya terpaksa kita terima sebagai kenyataan pahit. Jadi untuk kejujuran dan keteguhan dalam mempertahankan sikapnya itulah, Ibu Siami layak untuk mendapatkan apresiasi.

Penobatannya sebagai ‘’ibu kejujuran’’, atau pahlawan kejujuran sekalipun, tentu bukan pilihan yang berlebihan.  Walaupun sejatinya, ia juga tidak mengharapkan pujian, apalagi penghargaan.

Keteladanan yang justru dicontohkan oleh rakyat biasa itu, sudah semestinya jika membuat kita malu, dan menjadikannya sebagai picu kesadaran bagi kita untuk menutup rapat-rapat pintu kebohongan. Untuk kemudian bersama-sama mengkampanyekan gerakan jujur nasional, dan bersepakat bahwa tidak ada toleransi sekecil apa pun bagi ketidakjujuran.

Ibu Siami, layak untuk menjadi inspirasi negeri ini dalam menjaga nilai – nilai langka itu, dan menjadikannya sebagai simbol untuk menebarkan virus kejujuran. Tetapi jangan sampai, penyimbolan itu menjadi sia-sia belaka karena berhenti pada batas wacana. Penting bagi kita untuk mendesain gerakan ini, mengarahkan, dan mendedikasikan sepenuhnya untuk membongkar kebohongan-kebohongan di sekitar kita. Jika gagal, sungguh merupakan kerugian besar bagi bangsa ini, karena itu akan semakin membenamkan bangsa ini sebagai negeri para pembohong.(Smart FM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar