
O Allah give me Friends who just Anchored Their Love To You In Order To Increase The Power Of My Love To Love You....

Selasa, 06 Maret 2012
Senin, 05 Maret 2012
Cara Kaya Primitif dan Modern
Cara Kaya Primitif dan Modern
By smartfm jakarta 6 hours 48 minutes ago

Ada 2 cara untuk kaya, yaitu cara primitif dan modern. Cara primitif tentu saja sudah tidak layak untuk dilakukan pada saat ini. Tapi sayangnya, saat ini banyak orang yang kembali ke cara primitif.
Pada zaman dulu, orang berburu binatang, memancing ikan, atau mencari buah-buahan di hutan agar bisa makan. Biasanya makanan itu langsung habis pada hari itu juga. Kalaupun ada sisa, hanya cukup untuk 1 atau 2 hari saja. Besoknya mereka akan berburu lagi, memancing lagi, atau ke hutan lagi. Namun lama kelamaan mereka sadar tidak bisa seperti itu terus menerus. Merekapun mulai melakukan ternak hewan dan menanam. Ini merupakan sebuah kemajuan, karena mereka sudah berpikir jangka panjang.
Sekarang, banyak orang berburu uang. Begitu dapat, langsung dihabiskan saat itu juga. Ini kembali ke cara primitif. Di zaman sekarang ini, kita harus berpikir tentang ternak uang, tentang pasiv income, karena tidak selamanya kita bisa berburu uang.
Bukan cuma orang kaya yang bisa punya pasiv income. Yang diperlukan adalah sikap atau mental untuk menjadi kaya. Perbedaan prinsip orang kaya dengan orang miskin adalah: orang miskin menghabiskan dulu uang yang dimilikinya, sisanya baru ditabung. Sedangkan orang kaya: menyisihkan dulu uangnya untuk ditabung, baru sisanya dibelanjakan.
Orang kaya modern tidak lagi hanya disibukkan dengan tabungan dan deposito, melainkan menempatkan uangnya ke aset-aset yang produktif. Aset produktif yang utama adalah “otak”. Jika punya dana lebih bisa melirik reksadana. Berbisnis boleh juga.
Banyak orang yang tidak sabar untuk menyisihkan uangnya, atau memetik hasilnya. Orang seperti ini adalah orang berorientasi kenikmatan jangka pendek, tidak mau menunda kesenangan untuk kenikmatan jangka panjang. (am)
Jumat, 02 Maret 2012
Moralitas Enterpreneur
Moralitas Enterpreneur
By Syahnan Palipi 20 January 2012
Moral adalah bagian dari etika. Moral harus menjadi falsafah hidup bagi enterpreneur/pelaku bisnis. Dalam menjalankan usahanya, ia tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan moral.
Antara lain:
- Tidak provit oriented hingga melakukan berbagai cara untuk mencari keuntungan, termasuk dengan cara-cara yang merugikan orang lain.
- Dalam menjalankan usahanya melihat mana yang benar dan mana yang salah, mana yang hitam mana yang putigh, tidak ada yang abu-abu.
Menjalankan usaha dengan moralitas akan mendatangkan keuntungan. Jangan takut rugi karena moralitas. Salah satu keuntungan yang akan diperoleh adalah munculnya kepercayaan dari konsumen.
Contoh: jika Anda seorang pengusaha di bidang makanan/minuman, maka moralitas yang bisa dilakukan adalah dengan mencantumkan/memberi keterangan tentang bahan baku/komposisi, masa kadaluarsa, cara penyajian dan lain-lain. Kelihatannya mungkin sepela, tapi hal itu akan memberi kepuasan tersendiri bagi konsumen.
Moralitas dalam berbisnis juga terkait dengan keterbukaan. Dalam hal ini, pelaku usaha bersikap terbuka tentang bisnis yang dijalankannya.
Meski demikian, moralitas dalam berbisnis (moralitas enterpreneur) jangan hanya dijadikan sebagai strategi marketing saja, melainkan harus melekat dalam bisnis. Jika hanya dijadikan sebagai strategi marketing saja maka kemungkinan terjadinya “pelanggaran moral” masih terbuka. (am)
Generalisasi
Generalisasi
By Mariani Ng 01 March 2012

Generalisasi adalah menganggap sama akan semua hal. Generalisasi merupakan sebuah proses alami yang kita lakukan dalam mengolah kata-kata. Otak menerima banyak informasi, otak lalu memfilternya. Nah dalam proses filter inilah terjadi generalisasi.
Kata-kata yang sering digunakan dalam generalisasi antara lain “selalu”, “sering”, atau “tumben”. Misalnya Anda mengatakan bahwa si A sering terlambat. Padahal kenyataannya si A hanya terlambat beberapa kali. Dalam hal ini telah terjadi generalisasi pada otak Anda.
Contoh lain, Anda melabel si A adalah orang yang pemarah. Padahal Anda hanya melihat si A marah beberapa kali saja, tapi Anda menganggapnya permanen. Dalam hal ini juga terjadi generalisasi.
Ketika terjadi generalisasi, maka otak akan merespon terhadap persepsi yang kita generalisasi. Otak merespon bukan pada kenyataan, tapi yang muncul dalam persepsi. Untuk itu kalau yang kita generalisasi positif, persepsi yang muncul akan positif. Sebaliknya kalau yang kita generalisasi negatif, maka persepsi yang muncul juga akan negatif.
Contoh:
-Anda menilai si A sering marah. Persepsi yang muncul adalah si A pemarah.
-Anda suka buah jeruk, karena buah jeruk segar. Persepsi yang muncul adalah semua jeruk adalah segar.
-Anda beberapa kali gagal dalam berbisnis. Persepsi yang muncul Anda selalu gagal dalam berbisnis.
Generalisasi berbeda dengan fakta. Misalnya: Hari-hari selalu panas di musim kemarau. Ini bukan generalisasi, melainkan fakta.
Ada orang yang mudah melakukan generalisasi, tapi ada juga orang yang lebih cermat dalam mengolah kata-kata, sehingga tidak begitu saja melakukan generalisasi.
Misalnya: Ada orang yang mengatakan bahwa makanan di restoran A tidak enak. Orang yang cermat akan mencari lebih spesifik makanan apa yang tidak enak. (am)
Power Zone
Power Zone
By smartfm 01 August 2011

Power Zone terkait dengan seberapa besar kita mempunyai kewenangan atas diri kita sendiri. Seberapa besar kita mempunyai otoritas atas diri kita.
Power Zone dalam diri seseorang terdiri dari 2 unsur:
1. Alami. Berasal dari bawaan lahir dan pola asuh orangtua.
2. Tidak alami. Berasal dari factor eksternal.
Seperti televisi, kitalah yang memegang control melalui remote, kita bebas memilih. Kita yang memagang kendali atas televisi. Kita tidak boleh seperti televise. Kita harus memegang control atas diri kita. Kita tidak boleh diombang-ambingkan oleh pihak-pihak lain.
Namun perlu diingat Power Zone juga mengandung 2 sisi mata uang:
- Di satu sisi power zone akan membuat kita tidak mudah terombang-ambing, dan menjadi mandiri.
- Di sisi lain, power zone apalagi jika berlebihan, akan menimbulkan sikap egosi dan keras kepala.
Anak kecil yang sering diatur/diintervensi oleh orangtuanya, akan cenderung tidak memiliki power zone. Contoh: ada seorang anak ingin memakai baju berwarna biru, tapi oleh orangtunya ditolak, dan diminta untuk memakai baju warna putih saja. Di satu sisi anak ingin mematuhi orangtua, tapi di sisi lain, hal itu jika terjadi terus menerus akan terbawa hingga dewasa. Anak akan menjadi orang yang tidak bisa membuat keputusan atas dirinya, dan tidak punya control atas dirinya.
Power Zone dalam diri seseorang terdiri dari 2 unsur:
1. Alami. Berasal dari bawaan lahir dan pola asuh orangtua.
2. Tidak alami. Berasal dari factor eksternal.
Seperti televisi, kitalah yang memegang control melalui remote, kita bebas memilih. Kita yang memagang kendali atas televisi. Kita tidak boleh seperti televise. Kita harus memegang control atas diri kita. Kita tidak boleh diombang-ambingkan oleh pihak-pihak lain.
Namun perlu diingat Power Zone juga mengandung 2 sisi mata uang:
- Di satu sisi power zone akan membuat kita tidak mudah terombang-ambing, dan menjadi mandiri.
- Di sisi lain, power zone apalagi jika berlebihan, akan menimbulkan sikap egosi dan keras kepala.
Anak kecil yang sering diatur/diintervensi oleh orangtuanya, akan cenderung tidak memiliki power zone. Contoh: ada seorang anak ingin memakai baju berwarna biru, tapi oleh orangtunya ditolak, dan diminta untuk memakai baju warna putih saja. Di satu sisi anak ingin mematuhi orangtua, tapi di sisi lain, hal itu jika terjadi terus menerus akan terbawa hingga dewasa. Anak akan menjadi orang yang tidak bisa membuat keputusan atas dirinya, dan tidak punya control atas dirinya.
Dibalik Kata-kata (Rasa Kesal)
Dibalik Kata-kata (Rasa Kesal)
By smartfm 08 August 2011

Banyak orang yang kesal atau emosi karena pernyataan atau kata-kata yang diucapkan seseorang, bahkan kata-kata yang terdengar sepele sekalipun.
Orang bisa tersinggung atau kesal dengan kata-kata sepele, seperti “terus, apa lagi”, “iya kan?!”, atau “maksud lhoh?”.
Memang terkadang sulit membedakan apakah orang yang berbicara itu bercanda atau serius dengan kata-katanya. Semua itu tergantung pada pihak yang diajak bicara, bagaimana dia memaknai kata-kata yang diucapkan kepadanya. Bagi sebagian orang mungkin bisa bermakna santai, tapi bagi sebagian yang lain bisa bermakna mengesalkan. Hal itu disebabkan makna yang dberikan terhadap kata-kata berbeda-beda.
Hal-hal yang mempengaruhi makna kata-kata antara lain:
-Intonasi (dari yang mengucapkan)
-Kondisi yang diajak bicara (stress, banyak pikiran, kesehatan)
Kata-kata yang sering diucapkan bisa menunjukkan kepribadian seseorang. Misalnya orang yang sering mengucapkan kata “terus, apalagi?”. Orang ini biasanya adalah orang yang cenderung praktis, suka yang cepat. Tapi dari sisi yang diajak bicara, kata “terus, apalagi?” bisa diartikan sebagai sebuah desakan, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan.
Sementara orang yang sering mengucapkan “iya kan?!” adalah orang yang ingin memiliki / mendapatkan kepercayaan dari teman bicara. Sedangkan dari sisi yang diajak bicara, kata “iya kan?!” bisa diartikan dia ingin dipastikan/ditegaskan kembali, terkadang bisa menimbulkan rasa tidak dipercaya.
Pada akhirnya, sebagai makhluk social, kita harus berusaha memahami orang yang sedang berbicara dengan kita. Pengaruh dan makna kata-kata, ada pada kita. Kita yang menyensor makna apa yang diberikan kepada kata-kata dari teman bicara.
Orang bisa tersinggung atau kesal dengan kata-kata sepele, seperti “terus, apa lagi”, “iya kan?!”, atau “maksud lhoh?”.
Memang terkadang sulit membedakan apakah orang yang berbicara itu bercanda atau serius dengan kata-katanya. Semua itu tergantung pada pihak yang diajak bicara, bagaimana dia memaknai kata-kata yang diucapkan kepadanya. Bagi sebagian orang mungkin bisa bermakna santai, tapi bagi sebagian yang lain bisa bermakna mengesalkan. Hal itu disebabkan makna yang dberikan terhadap kata-kata berbeda-beda.
Hal-hal yang mempengaruhi makna kata-kata antara lain:
-Intonasi (dari yang mengucapkan)
-Kondisi yang diajak bicara (stress, banyak pikiran, kesehatan)
Kata-kata yang sering diucapkan bisa menunjukkan kepribadian seseorang. Misalnya orang yang sering mengucapkan kata “terus, apalagi?”. Orang ini biasanya adalah orang yang cenderung praktis, suka yang cepat. Tapi dari sisi yang diajak bicara, kata “terus, apalagi?” bisa diartikan sebagai sebuah desakan, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan.
Sementara orang yang sering mengucapkan “iya kan?!” adalah orang yang ingin memiliki / mendapatkan kepercayaan dari teman bicara. Sedangkan dari sisi yang diajak bicara, kata “iya kan?!” bisa diartikan dia ingin dipastikan/ditegaskan kembali, terkadang bisa menimbulkan rasa tidak dipercaya.
Pada akhirnya, sebagai makhluk social, kita harus berusaha memahami orang yang sedang berbicara dengan kita. Pengaruh dan makna kata-kata, ada pada kita. Kita yang menyensor makna apa yang diberikan kepada kata-kata dari teman bicara.
Hidup Seperti Apa Yang Anda Inginkan di 2012?
Hidup Seperti Apa Yang Anda Inginkan di 2012?
By smartfm jakarta 13 January 2012

Bulan pertama di tahun 2012 sedang kita jalani. Bulan yang baik untuk menata diri agar tahun ini lebih baik dan lebih bahagia dari tahun sebelumnya.
Banyak orang yang membuat resolusi di akhir atau awal tahun. Tapi sayangnya banyak yang menjadikan resolusi hanya sebuah rutinitas. Pada akhirnya, ada pemakluman terhadap diri sendiri jika resolusi itu tidak tercapai. Daripada membuat resolusi yang terlalu berat dilaksanakan, membuat kerangka besar tentang “Hidup Seperi Apa Yang Anda Inginkan?”
Dari sudut pandang happiness (kebahagiaan), ada 3 jenis kehidupan yang pantas untuk diupayakan di tahun ini:
1. Pleasant life: kehidupan yang menyenangkan, hidup dimana kita senantiasa mencari kesenangan. Misalnya makan enak, jalan-jalan, kumpul-kumpul dengan teman, pesat dan sebagainya. Hidup yang mendapat emosi positif sebanyak-banykanya.
2. Engage life: kehidupan yang sibuk, full of activity, bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain, waktu sekan berjalan begitu cepat, eneri rasanya betul-betul keluar..
3. Miningfull life: kehidapan yang bermakna. Kehidupan ini didapat kalau kita melayani seusatu yang lebih besar dari diri kita sendiri, sehingga kita merasa diri kita penting, bermanfaat dan bermakna.
Untuk mengetahui hidup seperti apa yang anda inginkan, perlu mengetahui terminologi hidup. Ada 3 terminologi hidup:
1. Human Being: harga diri ditentukan oleh barang-barang yang dimiliki.
2. Human Doing: hidup merasa berarti kalau disibukkan dengan kegiatan yang membuatnya masuk ke dalam.
3. Human Being: ketika kita hidup digunakan untuk berproses guna menemukan jati diri.
Hidup yang bahagia adalah hidup yang menikmati apa yang ada/dimiliki. Kebahagiaan kita, kita sendiri yang mendefinisikan, bukan orang lain. Tapi kadang kita menggunakan skenario kebahagiaan orang lain, yang kebanyakan hanya berpatokan pada “having”/apa yang dimiliki secara materi. (am)
Mimpi
Mimpi
By Arvan Pradiansyah 20 January 2012

Mimpi ada 2: mimpi yang disengaja, dan mimpi yang tidak disengaja (bunga tidur). Kita akan membahas “mimpi yang disengaja”. Mimpi jenis ini adalah mimpi yang bisa kita buat sendiri. Untuk itu sudah seharusnya kita membuat mimpi yang indah bagi diri kita.
Sayangnya banyak orang takut bermimpi, dan lebih senang menjalankan mimpi orang lain. Akhirnya hidupnya terasa hampa, tidak ada semangat, dan tidak bahagia.
Ada 3 fase dalam penciptaan waktu:
1. Fase kreasi mental/mimpi
2. Fase menjalankan mimpi
3. Fase evaluasi
Jika menjalankan mimpi kita sendiri, maka ketiga fase itu akan menghasilkan hapiness (kebahagiaan), karena kita menikmati prosesnya (proses dari mimpi menjadi kenyataan).
Mimpi menunjukkan adanya potensi terdalam pada diri kita. Memang terkadang orang mentertawakan ketika kita membuat mimpi. Itu karena mereka tidak mengerti arti mimpi kita. Mereka tidak melihatr apa yang kita lihat. Sedangkan kita melihat apa yang mereka tidak lihat. Untuk itu jangan takut bermimpi.
Contoh: Anggun C. Sasmi bermimpi menjadi penyanyi internasional. Untuk mewujudkan mimpinya, Anggun berjuang ke luar negeri dari London hingga ke Perancis, ia memulai semuanya dari nol. Anggun tidak langsung berhasil. Tapi semua tantangan ia hadapi. Mimpi besar membuat tantangan menjadi kecil.
Kita perlu meng-evaluasi, apakah mimpi kita sudah benar. Atau jangan-jangan kita hanya menjalankan mimpi orang lain. Bahaya terbesar adalah bukan mmpi yang terlalu tinggi dan kita gagal mencapainya. Bahaya terbesar adalah jika kita mimpi terlalu rendah dan kita berhasil mencapainya. Selamat bermimpi…! (am)
Bekerja dengan Bahagia, Mungkinkah?
Bekerja dengan Bahagia, Mungkinkah?
By Arvan Pradiansyah 27 January 2012

Apakah Anda bahagia dengan pekerjaan Anda saat ini? Atau apakah Anda merasa bekerja di tempat yang salah? Pertanyaan ini penting untuk kita tanyakan kepada diri kita, karena bekerja adalah kegiatan keseharian kita. Sebagian besar waktu produktif kita, kita habiskan di tempat kerja. Alangkah ruginya kalau kita berada di tempat yang salah, atau tidak berbahagia sepanjang waktu tersebut.
Ada 5 indikator untuk mengetahui apakah kita bekerja di tempat yang benar atau salah:
1. Apakah Anda merasa bergairah dengan pekerjaan Anda?
- Apakah Anda berangkat kerja dengan semangat atau tidak?
-Ketika alarm pagi berbunyi, apakah Anda langsung bangun, atau Anda menunda?
-Ketika pulang kantor apakah merasa energi Anda sudah habis atau tidak?
-Apakah Anda merasa waktu berjalan begitu cepat saat bekerja?
2. Ketika ditanya “apa pekerjaan anda”, apakah Anda menjawabnya dengan antusias dan energik. Banyak orang ketika ditanya hal itu tidak menunjukkan antusiasnya, tidak ada rasa bangga.
3. Apakah pekerjaan anda membuat Anda menjadi orang yang lebih baik, lebih pandai, terampil, dan menjadi profesional di bidang yang Anda geluti? Untuk diketahui, pekerjaan yang bergaji kecil yang membuat Anda menjadi lebih baik, jauh lebih baik daripada pekerjaan bergaji besar yang membuat Anda stuck.
4. Apakah lingkungan pekerjaan Anda terdiri dari orang-orang yang baik, profesional, dan menghasilkan lingkungan kerja yang nyaman?
5. Bagaimana dengan penghasilan yang Anda peroleh? Apakah cukup untuk hidup layak?
Tujuan bekerja bukan hanya uang, tapi juga kebahagiaan, kesuksesan, dan pertemanan.
Ada orang yang merasa tidak betah dengan pekerjaannya, meski sudah punya karir yang mapan, tapi ia tidak juga menyudahi pekerjaannya. Akhirnya ia hanya menggerutu. Bisa dikatakan orang tersebut tidak mau keluar dari zona nyaman.
Hidup memang penuh dengan pilihan. Dan musuh yang paling besar dalam upaya penemuan jiwa (termasuk dalam bekerja) adalah uang. Uang selalu menyandera kita untuk keluar dari tempat kerja. Akhirnya kita mengorbankan kebahagiaan kita. Kita tidak menyadari bahwa yang penting dalam hidup ini adalah menemukan kebahagiaan sejati. (am)
Orang Yang Menjengkelkan
Orang Yang Menjengkelkan
By Arvan Pradiansyah 20 February 2012

Dalam hidup kita, kita sering menemui orang-orang yang menjengkelkan, sehingga mengurangi kebahagiaan kita. Siapakah orang yang menjengkelkan itu? Dan bagaimana mengatasinya?
Orang yang menjengkelkan atau orang yang sulit adalah orang-orang yang sering merepotkan kita, sering menyusahkan kita, sering membuat kita sakit hati dan selalu melakukannya berulang-ulang.
Saat menjadi korban dari orang yagn menjenjkelkan, sebaiknya kita melihat orang yang menjengkelkan itu sebagai guru sejati kita. Mengapa? Karena kesadaran untuk memperbaiki diri seringkali datang ketika kita ada di posisi korban (ketika kita menjadi korban). Orang yang menjengkelkan memberi pelajaran dengan cara yang menjengkelkan, mungkin kurang baik, membekas di hati, serta mengubah hidup korbannya.
Sesungguhnya orang yang menjengkelkan itu adalah guru sejati kita, dan pertemuan kita dengan mereka bukan suatu kebetulan, melainkan sudah diatur Tuhan untuk membuat kita menjadi orang yg lebih baik.
Namun, kita tidak harus menjadi orang yang menjengkelkan untuk merubah orang lain. Orang baik mendapat tugas memberi pelajaran dengan cara yang baik. Orang menjengkelkan memberi pelajaran dengan cara yang menjengkelkan. Jangan kita yang sudah baik menjadi orang yang menjengkelkan untuk memberi pencerahan kepada orang lain, karena semua sudah ada kavling/job desc-nya masing-masing dari Tuhan.
Namun sebelumnya, mari kita lihat diri kita sendiri, apakah kita adalah orang yang menjengkelkan bagi orang lain? (am)
Menyikapi Kegagalan
Menyikapi Kegagalan
By Arvan Pradiansyah 24 February 2012

Jika disikapi dengan benar, ditengah kegagalan kita akan selalu bahagia. Kalau kita bahagia, energi akan keluar sehingga kita akan melakukan sesuatu dengan senang hati. Dengan demikian maka hasilnya akan luar biasa.
Dalam sudut pandnag happiness, kata “gagal” adalah salah, yang benar adalah “belum berhasil”. Gagal dan belum berhasil adalah 2 hal yang berbeda. Gagal artinya sudah selesai, tidak ada kesempatan. Sedangkan belum berhasil masih ada kesempatan untuk berhasil.
Kita harus menciptakan mental creation bahwa kita akan berhasil. Kalau itu dilakukan maka mental kita sudah ada disana (keberhasilan), kita tinggal meniti perjalanan secara fisik. Ketika “belum berhasil’ sikapilah dengan happiness, karena happiness akan melahirkan optimisme.
Ada 4 tipe orang:
1. Orang yang sukses dan bahagia. Dasarnya adalah happiness, bukan ambisi.
2. Orang yang tidak sukses tapi bahagia. Pintu-pintru rahmat di bumi dan di langit masih terbuka.
3. Orang yang sukses tapi tidak bahagia. Dasar kesuksesannya bukan happiness, tapi ambisi.
4. Orang yang tidak sukses dan tidak bahagia. Pintu-pintu rahmat tertutup.
Selama kita masih bisa memaintance happiness, maka kesuksesan hanya tinggal menunggu waktu, karena perjalanan belum selesai, dan kita baru saja memasuki tahap awal. (am)
Menyikapi Kegagalan (Lanjutan)
Menyikapi Kegagalan (Lanjutan)
By Arvan Pradiansyah 10 hours 6 minutes ago

Kegagalan adalah fenomena kehidupan. Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan. Namun yang paling bijak adalah tidak menganggapnya sebagai kegagalan, melainkan belum berhasil.
Ada 2 jenis orang dalam menyikapi kegagalan:
1. Orang yang gagal dan tidak happy. Orang ini menganggap karena gagal, semua sudah selesai, tidak ada kesempatan lagi, tidak ada semangat untuk bangkit lagi.
2. Orang yang gagal tapi happy. Orang ini masih punya harapan, semangat, dan yakin suatu saat akan berhasil.
Happy / happiness / bahagia merupakan sumber energi untuk bangkit kembali dari kegagalan, untuk mencoba kembali meraih kesuksesan .
Perumpamaan orang dalam menyikapi kegagalan, adalah seperti 3 benda yang dijatuhkan dari ketinggian.
1. Telur. Jika dijatuhkan dari ketinggian akan pecah berantakan berkeping-keping.
2. Jeruk. Jika dijatuhkan dari ketinggian akan pecah, tapi tetap berada ditempatnya.
3. Bola bekel. Jika dijatuhkan dari ketinggian akan mantul/membal.
Ketiga perumpaan itu menggambarkan orang dalam menyikapi kegagalan. Telur adalah orang yang langsung down ketika menghadapi kegagalan, dan tidak punya daya tahan terhadap kegagalan. Jeruk adalah orang yang tidak punya semangat untuk mencoba bangkit dari kegagalan. Sedangkan bola bekel adalah orang punya semangat untuk bangkit dari kegagalan.
Perumpaan itu menunjukkan bahwa yang membedakan orang dalam menyikapi kegagalan adalah struktur mentalnya.
- Orang yang optimis menganggap kegagalan bersifat temporer
- Orang yang pesimis menganggap kegagalan bersifat permanen
Makin banyak kita mencoba maka makin banyak kita mengalamai kegagalan. Tapi itu lebih baik daripada orang yang tidak pernah mencoba, dan tidak pernah mengalami kegagalan sama sekali. Karena orang yang tidak pernah mencoba, tidak akan pernah “kemana-mana”. Sedangkan orang yang sering mencoba, akan lebih berpeluang meraih kesuksesan. Kegagalan akan menimbulkan pelajaran. (am)
9 Summers 10 Autumns
9 Summers 10 Autumns
By Tung Desem Waringin 19 December 2011

Novel “9 Summers 10 Autumns” adalah bundelan kertas penting yang disesaki hikayat kerja keras, kehangatan keluarga, dan perantauan yang dialami penulis, Iwan Setyawan. Novel tentang kisah anak seorang sopir angkot dari Kota Batu yang menjadi direktur di New York City. Mungkin tidak ada buah yang lebih bersejaran bagi penulis selain buah apel. Novel ini bagai jejak rekam memori seorang anak kampung dari kesunyian kebun apel hijau di Batu, Malang, lalu meniti hidup dengan kerja keras, dan tiba-tiba menemukan dirinya berkantor di The Big Apple kota New York, sebagai direktur perusahaan multi nasional. “Bapakku, sopir angkot yang tak bisa mengingat tanggal lahirnya. Dia hanya mengecap pendidikan sampai kelas 2 SMP. Sementara ibuku, tidak bisa menyelesaikan sekolahnya di SD. Dia adalah cermin kesederhanaan yang sempurna”. Demikian Iwan menggambarkan latar belakang keluarganya.
TDW Show mencoba memetik pelajaran dan hikmah dari novel tersebut.
1. Masa lalu tidak sama dengan masa depan, selama kita mau belajar. Masa lalu bisa berangkat dari manapun. Apapun, siapapun Andaa sekarang, masa depan Anda boleh berbeda dan boleh jauh lebih baik. Anda berhak mempunyai masa depan yang indah.
2. Lakukan “revolusi karir”. Pasang tiang pancang kedalam yang kuat dalam kehidupan Anda. Ketahuilah siapa Anda, dimana Anda berada, dan akan kemana Anda. Disain identitas diri Anda dengan jelas, bagaimana karakter Anda, dan apa keterampilan yang Anda miliki. Jangan biarkan orang lain mendisain identitas diri Anda.
3. Setelah memasang tiang pancang kedalam, pasanglah tiang pancang ke atas, yang menggambarkan tujuan dan cita-cita Anda. Tulis tujuan dan cita-cita Anda, meskipun semua baru berupa mimpi.
4. Buat motivasi dan strategi untuk mencapai tujuan dan cita-cita tersebut. Contoh motivasi adalah: untuk siapa Anda berikan masa depan indah Anda. Sedangkan strategi adalah langkah yang sistemis. Dengan demikian peluang Anda untuk menjadi orang yang beruntung akan semakin terbuka. Beruntung adalah: pertemuan antara persiapan dan peluang.
5. Jangan berhenti belajar. Belajar adalah proses menangkap dan mencari informasi dengan semua panca indera. Ketika proses itu terjadi, Anda membandingkan apa yang Anda ketahui dan apa yang Anda tidak ketahui. Semua lalu menjadi aksi/langkah untuk mencapai hasil. (am)
Hukum Fisika Kesetiaan
By smartfm jakarta 17 January 2012

Kesetiaan merupakan salah satu fondasi penting dalam pernikahan/perkawinan. Seperti halnya grafitasi, kesetiaan juga mempunyai hukum fisika lho..
Dalam hukum fisika, Kesetiaan = Besarnya cinta : Jarak x Waktu bertemu (Kesetiaan adalah besarnya cinta, dibagi dengan jarak, dikali dengan waktu bertemu). Kalau jaraknya jauh (hubungan tidak dekat), maka hasilnya akan mengecil. Kalau waktu bertemunya nol (jarang bertemu), maka hasilnya akan nol.
Menjaga kesetiaan bukan hal yang mudah. Kita perlu mendisain kebiasaan-kebiasaan baru yang bisa membangun kesetiaan. Misalnya kebiasaan memeluk istri/suami sebelum tidur. Menjaga kesetiaan (harmonis) tidak bisa terjadi dengan satu tindakan yang instan. Butuh kebiasaan-kebiasaan yang membuat kita semakin rukun dengan pasangan.
Namun dalam hubungan pernikahan/perkawinan, ada titik rukun, ada juga titik pertengkaran. Untuk itu kita perlu membuat kesepakatan agar pertengkaran tidak boleh lebih dari satu hari. Sebelum tidur, semua persoalan harus sudah diselesaikan.
Untuk menghindari pertengkaran:
- Tulis hal-hal apa saja yang tidak boleh dibahas (misalnya kenangan masa lalu pasangan)
- Jika ada prasangka, segera komunikan dengan baik
- Lakukan komunikasi 2 arah (ada yang berbicara ada yang mendengar, jangan sama-sama ingin jadi pembicara)
- Sesekali, ajak suami/istri dalam kegiatan Anda di luar rumah
Hukum fisika kesetiaan bisa saja hanya menjadi teori. Semuanya kembali kepada komitmen setiap pasangan untuk menjaga dan membangun hubungan mereka. (am)
Belajar dari Whitney Houston
Belajar dari Whitney Houston
By Tung Desem Waringin 20 February 2012

Hidup manusia selalu menjadi 2, terutama ketika ia sudah tiada, yaitu: 1. Menjadi inspirasi 2. Menjadi pelajaran
Kali ini kita akan mencoba mengambil inspirasi dan pelajaran dari seorang Whitney Houston, seorang penyanyi dunia, yang tewas secara mengejutkan. Sebagai seorang superstar, Whitney bergelimang kekayaan. Ia bahkan pernah mendapatkan nilai kontrak sebesar 100 juta US$. Namun diakhir hidupnya, konon Whitney mengalami kebangkrutan. Bisa dikatakan ia bukan hanya mengalami kebangkrutan finansial, tapi juga kebangkrutan spiritual, yang mengakibatkan ia terjerumus pada obat-obatan.
Dari kesuksesannya, inspiorasi yang bisa kita ambil adalah:
- Mengembangkan potensi diri
- Bergaul dengan orang-orang yang bisa membuatnya sukses
- Percaya diri
Sedangkan dari kebangkrutannya, pelajaran yang bisa kita ambil adalah:
- Hati-hati dalam bergaul
- Mengelola keuangan dengan baik
- Tidak melarikan diri dari masalah
Jika ingin sukses di suatu bidang, bergaullah dengan orang-orang yang sukses di bidang tersebut. Jika Anda punya bakat tertentu, maka bakat itu harus diasah dengan orang yang tepat.
Dalam hidup selalu ada waktu untuk merefleksikan diri. Setiap kejadian harus kita refleksikan sebagai inspirasi dan pelajaran. Dengan demikian jika ada dinding yang menghadang kita untuk maju, kita tidak menabrak dinding itu, melainkan kita bisa menghindarinya. (am)
Financial Revolution Bagi Karyawan
Financial Revolution Bagi Karyawan
By smartfm jakarta 02 January 2012

Karyawan juga berhak untuk melakukan financial revolution. Apalagi ketika tidak ada kepastian kenaikan gaji ditengah tuntutan kebutuhan hidup yang terus meningkat. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Tentu saja bukan dengan cara korupsi.
Setiap orang ingin melakukan financial revolution, begitu juga mereka yang berstatus sebagai karyawan.
Sebagai karyawan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan dalam rangka Financial Revolution:
1. Secepat mungkin menjadi top level manajemen. Caranya:
- Bisa dipercaya dalam segala bidang
- Punya nilai tambah dibandingkan dengan yang lain
- Berperilaku baik/menyenangkan
- Harus dikenal orang yang tepat (atasan)
2. Injak 2 kapal.
- Kapal intern. Belajar ilmu yang dimiliki atasan, ajukan kepada bos untuk menjadi partnernya.
- Kapal ekstern. Buka usaha, beli franchaise.
Jika bekerja sambil buka usaha, tantangannya adalah tidak fokus pada keduanya (pada pekerjaan dan pada usaha). Untuk itu harus pintar membagi waktu, atau cari orang lain yang bisa dipercaya mengelola usaha. Selain itu Anda bisa dikatakan “tidak fair” karena menggunakan waktu bekerja untuk usaha diluar.
Dalam rangka membuat diri Anda dikenal oleh atasan, bukan tidak mungkin timbul resiko berupa julukan “penjilat’ dari rekan-rekan kerja. Untuk itu Anda harus berhati-hati dalam melakukannya, dan menggunakan cara-cara yang sehat.
Perubahan Perasaan
Perubahan Perasaan
By Tung Desem Waringin 27 February 2012

Sesungguhnya yang dicari manusia dalam hidupnya adalah perubahan perasaan. Anda mungkin berkata bahwa yang Anda inginkan adalah rumah, modil, keluarga yang harmonis atau materi. Tapi dibalik semua itu, yang Anda cari adalah sebuah perubahan perasaan.
Ada 6 perubahan perusahaan yang dibutuhkan manusia;
1. Keamanan, kenyaman dan kepastian
2. Variasi atau ketidakpastian
3. Unggul (signifikant)
4. Relationship, kesamaan, love and conetcion
5. Merasa lebih baik dan maju
6. Kontribusi, merasa berarti dan bermanfaat untuk orang banyak
Apapun yang Anda lakukan untuk mencapai perubahan perasaan, ada 4 saringan yang harus diingat:
1. Anda merasa lebih baik
2. Anda menjadi lebih baik
3. Orang banyak menjadi lebih baik
4. Direstui Tuhan
Kalau Anda meletakkan perubahan perasaan Anda di luar diri Anda, maka akibatnya semua yang Anda inginkan ada di luar sana. Anda harus sampai di sana. Dan ketika Anda sudah sampai di sana, Anda ingin ke sana yang lain lagi.
Contoh: Anda membeli mobil baru. Perubahan perasaan yang terjadi adalah: muncul rasa senang, bangga, atau nyaman. Puaskah Anda? Saat itu mungkin ya. Tapi pada waktu yang akan datang, akan muncul keinginan untuk membeli mobil yang lebih baru.Ada juga perubahan perusahaan bersyarat. Contoh: Saya akan semangat, kalau bos saya semangat. Saya akan senang kalau punya uang banyak.
Bisa terjadi seseorang menginginkan 2 perubahan atau lebih dalam suatu keadaan. Misalnya orang yang baru membeli mobil, selain terjadi perubahan perasaan berupa rasa senang, bangga, dia juga ingin mengajak tetangganya untuk berangkat ke kantor bersama. Dalam hal ini terjadi perpaduan antara point 1 yaitu kenyamanan, dengan point 6 yaitu kontribusi. (am)
Langganan:
Postingan (Atom)