Selasa, 24 Januari 2012

NAJLJEPŠE CVIJEĆE ( BEAUTIFULL FLOWERS )

''My path is the path of Islam "

Tidur, Otak dan Perilaku

Home | Smart Behavior | Tidur, Otak dan Perilaku

Tidur, Otak dan Perilaku

By  
Font size: Decrease font Enlarge font
Smart Behavior
Tidur akan berpengaruh pada otak dan perilaku. Untuk itu jangan menganggap remeh tidur. Tidur sangat penting bagi kesehatan.
Tidur jangan dianggap remeh. Tidur penting bagi tubuh kita. Tidur yang cukup akan membantu kesehatan dan kesegaran tubuh. Kurang tidur akan mengganggu kesehatan dan kekebalan tubuh. Pada jam sebelas malam (saat kita tertidur), tubuh akan memproduksi zat-zat yang meningkatkan imunitas dan memaksimalkan fungsi organ tubuh. Ya, tidur akan berpengaruh pada otak dan perilaku kita.
Kebanyakan yang mengalami sulit tidur adalah wanita. Hal itu disebabkan sel-sel pada otak wanita ada jarak. Ini membuat wanita bisa beralih dari satu topik ke topik yang lain, termasuk dari topik “tidur” ke topik “kerja”, sehingga rentan mengalami gangguan tidur. Namun pola tidur juga dipengaruhi oleh gaya hidup dan pekerjaan.
Sulit tidur solusi utamanya bukan obat tidur. Obat tidur hanya membuat mata terpejam, tapi tidak menghasilkan tidur yang sehat dan berkualitas.
 Cara untuk mengetahui apakah kita mengalami sulit tidur atau tidak:
1. Kenali penyebab stres. Ketahui apa yang membuat pikiranterus melayang ketika akan tidur. Jika tidak ada masalah emosi dan psikologis, ketahui masalah fisik/kesehatan.
2. Hindari minuman berkafein. Apalagi jika Anda adalah orang yang berpotensi sulit tidur.
3. Tidur saat lelah. Itu adalah waktu yang tepat untuk beristirahat. Rasa ngantuk adalah sinyal dari tubuh untuk segera istirahat. Kalau dilewati maka sistem tubuh dan kekebalan tubuh akan menjadi kacau dan bisa menimbulkan penyakit.
 Buatlah sistem tidur yang konsisten. Tidur ekstra di akhir pekan tidak bisa membayar kekurangan tidur pada hari-hari sebelumnya.

The Power Of Word

The Power Of Word

By  
Font size: Decrease font Enlarge font
Smart Behavior
Keluarga adalah landasan masyarakat dimanapun, dan merupakan unit terkecil yang penting. Keluarga adalah tempat pertama kita belajar tentang kata-kata. Keluarga adalah tempat anak belajar berkomunikasi dan berinteraksi.

Kata-kata punya kekuatan untuk merubah sebuah kehidupan secara positif, tapi juga bisa menghancurkan. Untuk itu, pilihkan kata-kata dengan bijak. Kita/orangtua perlu mengetahui lingkungan apa saja yang bisa mempengaruhi kata-kata dalam diri anak-anak. Lingkungan itu adalah:   
1. Orangtua dan lingkungan  keluarga. Cara berbicara/berkomunikasi  dalam keluarga dan lingkungan terdekat sangat mempengaruhi gaya berbicara pada anak. Tanpa disadari, setiap kata yang mereka ucakan, mereka sedang mengajari anak berbicara.
2. Teman sekolah. Kata-kata dari seorang teman dapat membentuk gaya komunikasi serta emosi pada anak. Pengaruh teman bagi perkembangan kata-kata seorang anak sangat besar.
3. Guru. Guru berbicara lebih banyak dari orang lain. Mereka diberi tanggung jawab untuk membentuk pikiran anak. Untuk itu para guru harus lebih berhati-hati dalam memilih kata-kata.
4. Lingkungan  terdekat. Anak akan menyerap apa yang ada di lingkungan terdekatnya dan  di seklilingnya, termasuk tata cara berbahasa. Setiap kata-kata yang didengar, aka  dipelajari dan pada akhirnya dipraktekkan oleh anak-anak .
Ingatlah akan kekuatan kata-kata, dan gunakan kata-kata yang positif. Keluarga dan lingkungan terdekat harus memulainya. Dalam hal ini, orangtua harus memberi teladan kata-kata. Orangtua harus menjadi sumber pembelajaran bagi anak-anak. Orang tua juga harus meningkatkan waktu berkomunikasi dengan anak, baik secara kuantitas maupun kualitas. (am)

The Power of Listening

The Power of Listening

By  
Font size: Decrease font Enlarge font
Smart Behavior
Salah satu kunci utama dalam berkomunikasi adalah kemampuan mendengar. Oleh karena itu “mendengar” sangat dibutuhkan untuk kita bisa berkomunikasi dengan baik.
Ada sebuah teknik yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mendengar, yaitu teknik ECHO.
- Establish and Explain. Pikirkan topik yang akan menjadi bahan bahasan, tentukan dan jelaskan siapa yang akan menjadi pendengar dan yang akan berbicara. Uraikan apa yang menjadi topik, ulangi bila perlu untuk memastikan pembicaraan telah disampaikan. Jadi, kalau mau berkomunikasi, siapkan dulu topik-topiknya sehingga kita siap menjadi pendengar yang baik.
- Consentrate (konsentrasi). Jika orang sedang berbicara konsentrasilah sepenuhnya, fokus pada kata-kata dan ide yang sedang dibicarakan, jangan sering interupsi dengan kata-kata dan sikap.
- Highlight. Ketika sebagian pembicaraan sduah selesai, mungkin si pembicara dengan jeda/pause. Itu adalah waktu yang tepat untuk melakukan pengulangan atas  apa-apa yang telah didengar. Tanya dan konfirmasi apakah hal yang didengar sama dengan yang disampaikan.
- Obtein agrememt/understanding. Bangun kesepakatan atas apa yang telah dibicarakan dan telah dimengerti sepenuhnya. Ini harus dicapai sebelum memberi kesempatan pendengar untuk merespon, atau sebelum mengakhiri sebuah komunikasi.
 Dengan meningkatkan kemampuan mendengar, maka akan menolong kita menjadi komunikator yang baik.

37 Kebiasaan Orangtua Yang Membuat Anak Berperilaku Buruk (4)

37 Kebiasaan Orangtua Yang Membuat Anak Berperilaku Buruk (4)

By  
Font size: Decrease font Enlarge font
Indonesia Strong From Home
Banyak orangtua mengeluhkan anaknya yang suka melawan dan sulit diatur. Sebenarnya, perilaku anak itu adalah cermin kebiasaan orangtua dalam mendidik. Ada 37 kebiasaan orangtua yang ternyata membentuk perilaku buruk pada anak. Salah satu kebiasaan itu adalah “bicara tidak tepat sasaran”.
Pernahkah kita menghardik anak dengan kalimat seperti ini, “Mama tidak suka kalau kamu begini atau begitu”. “Tadi kamu berbuat itu lagi ya?!”
Sayangnya kita lupa menjelaskan dengan baik hal-hal apa saja yang kita inginkan dari mereka. Kita hanya menekankan kepada yang tidak kita inginkan dari anak-anak.
Akhirnya yang terserap oleh anak-anak adalah hal-hal yang tidak disukai. Mereka tidak pernah tahu apa yng diinginkan orangtua dalam berperilaku. Akibatnya anak mencoba sesuatu yang baru, tapi ternyata salah di mata orangtua. Dan sebagai bentuk kekesalan, anak-anka  melakukan hal-hal yang tidak disukai untuk membuat orangtua kesal.
Apa yang sebaiknya orangtua lakukan? Sampaikanlah hal-hal yang kita inginkan pada saat kita menegur anak tentang yang tidak kita sukai, beri komentar secara intensif tentang hal yng kita inginkan. Ketika anak sudah memahami dan melakukan keinginan kita dengan baik, segera ucapkan “terima kasih”.
Misalnya, “Terima kasih ya sayang, kamu sekarang sudah bisa melakukan yang baik”, atau “Terima kasih ya atas segala usahamu untuk menjadi lebih baik”. (am)

Dimensi Spiritual Yang Hilang

Dimensi Spiritual Yang Hilang

By  
Font size: Decrease font Enlarge font
Provokasi
Manusia punya 4 dimensi yang perlu diseimbangkan, yaitu fisik, mental/mind, emosi sosial, dan spriitual. Keempat dimensi itu perlu dikembangkan agar menjadi manuisa yang efektif.
Dari 4 dimensi itu, ada kecenderungan manusia membelakangi dimensi spiritual.  Alasannnya materi spiritualitas  dianggap tidak berhubungan langsung dengan urusan dunia seperti pekerjaan.
Urusan ibadah dianggap sebagai urusan masing-masing. Padahal tidak tepat kalau spiritual diartikan dengan ibadah semata.
Spiritual bicara tentang apa yang benar dan apa yang salah, bukan dalam relatifitas.
Gambaran orang yang mempunyai  kecerdasan fisik, fikir dan emosi, tapi tidak punya kecerdasan spiritual, adalah seperti sebagai berikut:  
Sekelompok orang yang bekerja dengan sangat piawai.
Mereka sehat, kuat, dan mengembangkan metode efektif untuk menuntaskan pekerjaan secara cepat, bermutu dan aman.
Mereka sangat cekatan.
Hasil pekerjaan mereka bagus.
Mereka cerdas secara emosi.
Mereka sanggup dan sabar dalam menunggu proses kerja dan hasil kerja.
Kalau gagal mereka tidak marah-marah.
Mereka cepat mengambil langkah selanjutnya dan melakukan perbaikan dengan tenang. Pengalaman dijadikan sebagai pelajaran. Orientasi mereka ke depan. Mereka dengan antusias. Pemimpin mereka sangat memperhatikan kesehateraan mereka.
Solidaritas mereka sangat kuat, jujur dalam berbagi hasil kerja, salingtolong menolong dan mendukung.
Siapakah mereka? Mereka adalah para anggota sebuah mafia kejahatan.

Demam Resolusi

Demam Resolusi

By  
Font size: Decrease font Enlarge font
Provokasi
Resolusi, sebuah kata yang sering diucapkan disetiap akhir dan awal tahun. Tapi apa sesungguhnya arti resolusi? Resolusi bisa diartikan bermacam-macam. Bisa outcome, komitmen untuk merubah perilaku, menetapkan target yang ingin dicapai (to get, to do, to be). Selain itu resolusi juga bisa diartikan sebagai: ketetapan hati, dan pemecahan sebuah masalah. Yang jelas, resolusi bukan sebuah daftar keinginan.
Contoh:
-Ingin punya rumah (outcome)
-Ingin menjadi orang yang lebih sabar (komitmen untuk merubah perilaku)
Sebenarnya resolusi tidak harus dilakukan di akhir dan awal tahun saja. Resolusi bisa dilakukan setiap saat. Hanya saja, resolusi di akhir dan awal tahun agar lebih mudah untuk mengukur waktu dan melakukan organizing.
Agar resolusi tidak sekedar menjadi rutinitas, sebelum membuat resolusi evaluasi dulu perencanaan kehidupan Anda. Apakah semua berjalan sesuai rencana atau tidak. Tanyakan kembali visi dan misi Anda. Resolusi adalah panah-panah kecil, yang letaknya dibawah panah besar (visi dan misi).
Pertanyaan yang dapat membangun visi dan misi adalah: selama Anda hidup, kepada siapa Anda ingin bertanggungjawab? Jawabannya pasti pada keluarga. Pertanyaan berikutnya: apa yang sudah Anda lakukan untuk keluarga? Apa yang akan mereka kenang jika Anda “pergi”?
Tanyakan kepada diri sendiri, apa yang diberi nilai oleh Tuhan dari apa yang Anda dapatkan sebagai hasil resolusi? Apakah Tuhan akan menilai tepuk tangan yang Anda dapatkan? Apakah Tuhan akan menghitung berapa orang yang kenal dengan Anda? Atau apakah Tuhan akan melihat gelar pendidikan Anda?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mengarah pada satu titik yang menghasilkan spiritualitas. Karena pada dasarnya, manusia akan menuju ke satu perjalanan yaitu kembali kepada Sang Pencipta. (am)

Demam Galau

Home | Provokasi | Demam Galau

Demam Galau

By  
Font size: Decrease font Enlarge font
Provokasi
Kata “galau” sedang jadi trend saat ini. Seolah-olah kalau punya masalah yang membuat galau jadi keren, karena orang-orang jadi memperhatikan kita. Kitapun lantas membanggakan masalah dengan orang lain. Bisa dikatakan, “galau” adalah narsis gaya baru. Padahal dengan mengumbar kegalauan/masalah, tidak membuat galau/masalah itu selesai.

Galau adalah sebuah perasaan, seperti halnya cemas, risau dan khawatir. Perasaan-perasaan yang muncul karena adanya rasa ketidaktahuan dan ketidakmampuan. Contoh, orangtua cemas ketika anaknya belum juga pulang hingga malam. Rasa cemas muncul karena orangtua tidak tahu anaknya ada dimana, dan tidak punya kemampuan untuk mencaritahu keberadaannya dan menemukannya.  
Semua perasaan termasuk galau, tidak negatif, juga tidka positif, melainkan netral. Tinggal bagaimana kita memberi arti terhadpa perasaan tersebut. Namun pada dasarnya, semua perasaan itu baik, jika tepat waktunya, tempatnya, dan  keadaannya.
Contoh: rasa malas bisa membuat orang menjadi kreatif dan inovatif untuk memenuhi rasa malasnya. Lihat saja remote televisi, power window dan persneling matic pada mobil, semua itu untuk memenuhi rasa malas.
Bagaimana dengan galau? Galau adalah pesan akan adanya  sesuatu yang tidak diinginkan. Galau bisa diselesaikanjika kita berpikir akan jawabannya. Meratapi kegalauan, tidak akan menyelesiakan masalah. Untuk itu ketika galau melanda, terima saja, setting permasalahannya, lalu cari jalan keluarnya. Jadikan galau sebagai sumber belajar untuk mengatasi kegalauan berikutnya. (am)

Bangun Pagi

Bangun Pagi

By  
Font size: Decrease font Enlarge font
Refleksi Prie GS
Kedudukan bangun pagi vital sekali. Vital untuk menyambut keseluruhan hari, karena sukses menghayati pagi memperbesar kemungkinan sukses menjalani hari. Maka bangun pagi yang sukses harus diusahakan.
Sukses bangun pagi berawal dari sukses tidur. Untuk itu sukses tidur harus diupayakan. Persoalannya, meski tidur itu diam dan mudah, ada sarat teknis dan ideologis.  Sarat teknis terkait dengan pola makan dan olahraga. Sedangkan sarat ideologis, tidur adalah saat kita istirahat, tapi karena ideolgi terbalik, yang terjadi justru ketika hendak tidur seluruh persoalan kita usung ke tempat tidur. Saat istirahat justru jadi saat pikiran bekerja. Akibatnya, banyak bangun tidur dengan hasil capek di seluruh tubuh.
Ini tidak masuk akal, karena bagaimana tubuh yang pasif dan hanya tergolek  saat tidur, bisa begitu menderita. Dari sini terbukti, tubuh hanya alat hati. Sebelum ke hati, bahasa mengalir ke akal lalu emosi. Akal adalah soal pertama yang membandel. Saatnya tidur, akal malah  mengajak berpikir. Ini yang mengganggu emosi dan mempengaruhi hati. 
Tak ada jaminan tidur Anda selalu sukses karena mata rantai yang panjang itu. Tapi faktanya, tidak peduli bagaimana masalah tidur Anda, Anda harus bangun di pagi hari. Fakta kedua, bagaimanapun kualitas bangun pagi Anda, ada banyak pilihan sikap. Tapi selama ini, suasana bangun pagi selalu tunduk pada  satu pilihan sikap, yakni suasana tubuh saja. Jika tubuh pegal hati ikut pegal, jika kepala berat hati ikut berat, jika tubuh lesu seluruhnya jadi lesu. Maka mari kita pisahkan keduanya. Karena faktanya keduanya memang terpisah. Biarkan yang lesu cuma tubuh, pikiran bisa kita akan bergairah lebih dulu. Awalnya mungkin berat, tapi dengan sedkit memaksakan diri akan terbiasa, jadi kebiasaan, lalu mengajak dirinya sendiri untuk menjadi kegembiraan setiap bangun pagi. 
 Begitu bangun, biasanya saya  duduk pelan, menerima kelesuan tubuh dengan rileks. Kelesuan itu  punya hak. Dia tidak bisa diusir begitu saja. Begitu diterima, kelesuan  akan tahu diri. Begitu kelesuan diakomodir, soal-soal lain akan mengikuti dan menuntut hak yang sama, kaki butuh digerakkan, nafas perlu ditarik, punggung perlu di renggangkan. Penuhi saja panggilaan tubuh itu sesuka Anda. Ketika sudah banyak panggilan berdatangan, Anda akan sibuk sekali sehingga soal kelesuan tidak akan Anda ingat lagi. (am)

Beautiful flowers

Senin, 23 Januari 2012

Subhan Allah

Mimpi

Mimpi

By  
Font size: Decrease font Enlarge font
Smart Happiness
Mimpi ada 2: mimpi yang disengaja, dan mimpi yang tidak disengaja (bunga tidur). Kita akan membahas “mimpi yang disengaja”. Mimpi jenis ini adalah mimpi yang bisa kita buat sendiri. Untuk itu sudah seharusnya kita membuat mimpi yang indah bagi diri kita.
Sayangnya banyak orang takut bermimpi, dan lebih senang menjalankan mimpi orang lain. Akhirnya hidupnya terasa hampa, tidak ada semangat, dan tidak bahagia.
Ada 3 fase dalam penciptaan waktu:
1. Fase kreasi mental/mimpi
2. Fase menjalankan mimpi
3. Fase evaluasi
Jika menjalankan mimpi kita sendiri, maka ketiga fase itu akan menghasilkan hapiness (kebahagiaan), karena kita menikmati prosesnya (proses dari  mimpi menjadi kenyataan).
Mimpi menunjukkan adanya potensi terdalam pada diri kita. Memang terkadang orang mentertawakan ketika kita membuat mimpi. Itu karena mereka tidak mengerti arti mimpi kita. Mereka tidak melihatr apa yang kita lihat. Sedangkan kita melihat apa yang mereka tidak lihat. Untuk itu jangan takut bermimpi.
Contoh: Anggun C. Sasmi bermimpi menjadi penyanyi internasional. Untuk mewujudkan mimpinya, Anggun berjuang ke luar negeri dari London hingga ke Perancis, ia memulai semuanya dari nol. Anggun tidak langsung berhasil. Tapi semua tantangan ia hadapi. Mimpi besar membuat tantangan menjadi kecil.
Kita perlu meng-evaluasi, apakah mimpi kita sudah benar. Atau jangan-jangan kita hanya menjalankan mimpi orang lain.   Bahaya terbesar adalah bukan mmpi yang terlalu tinggi dan kita gagal mencapainya. Bahaya terbesar adalah jika kita mimpi terlalu rendah dan kita berhasil mencapainya. Selamat bermimpi…! (am)

Bahagia di Tempat Kerja

Bahagia di Tempat Kerja

By  
Font size: Decrease font Enlarge font
Smart Happiness
Siksaan terbesar di dunia adalah mengalami waktu yang berjalan sangat lambat. Alangkah ruginya kita, jika mengalami hal itu di tempat kerja, karena waktu produktif kita, kita habiskan di tempat kerja. So, belajarlah untuk bahagia di tempat kerja!
Setiap orang ingin bahagia. Kapapun dan dimanapun kita memang seharusnya merasa bahagia, termasuk di tempat kerja, karena waktu-waktu produktif kita dihabiskan di tempat kerja. Sayangnya jika bicara tentang bahagia yang sering terbayang adalah liburan, jalan-jalan, atau senang-senang lainnya. Sementara bahagia di tempat kerja mungkin belum terbayang.
Bahagia di tempat kerja disebut “flow”, yaitu sebuah kondisi dimana waktu seakan berhenti, kita betul-betul masuk dengan pekerjaan kita, bahkan terkadang waktu terasa begitu cepat. Itu karena kita menikmati pekerjaan kita. Itulah kebahagiaan di tempat kerja.

Agar mendapatkan “flow” di tempat kerja:
1. Harus tertarik dengan pekerjaan. Tertarik merupakan cikal bakal cinta.
2. Tantangan pekerjaan harus besar. Tanpa tantangan, tidak ada “flow”.
3. Keahlian yang tinggi, untuk mengimbangi tantangan.
 Siksaan terbesar di dunia adalah mengalami waktu yang berjalan sangat lambat. Betapa ruginya kita jika mengalami hal itu di tempat kerja. So, mulailah cintai pekerjaan kita, lakukan pekerjaan kita dengan sepenuh jiwa hingga larut didalamnya. Nikmatilah saat-saat kita berada di tempat kerja. Maka itu akan membuat kita menjadi bahagia. (am)

Selasa, 17 Januari 2012

Yang Terkatakan Tanpa Harus Dikatakan

Yang Terkatakan Tanpa Harus Dikatakan

By  
Font size: Decrease font Enlarge font
Refleksi Prie GS
Ada soal-soal yang tidak perlu dikatakan tapi akan tetap mengatakan dirinya sendiri, karena segala sesuatu terikat oleh hukum. Hukum akan bekerja tanpa meminta persetujuan kita, apakah kita setuju atau tidak, suka atau tidak. Hukum akan tetap bekerja untuk menegaskan dirinya. Misalnya soal kebohongan.
Kalau seseorang memperagakan kebohongan, tidak perlu orang lain menginvestigasi apakah ia benar-benar bohong atau tidak. Kalau  hanya berdasarkan beragam teknik untuk menutupi kebohongan, maka seluruh teknologi  canggih sudah ditemukan. Tapi akhirnya,betapapun canggihnya tidak diperlukan, karena selalu kalah oleh hukum yang bekerja.
Bangunan-bangunan yang dikurangi semennya, walau dilaporkan sudah memadai, namun pada akhirnya ia akan menjelaskan berapa jumlah semen yang sebenarnya. Beton yang dikurangi besaran besinya, ia akan menjelaskannya. Di Indonesia, ukuran beton itu ajaib,  bermacam-macam sebutannya, tidak ada ukuran baku. Ada ukuran 10 besar, 10 kecil, 10 tipis, atau 10 tebal. Macam-macam definisnya. Akhirnya yang dilaporkan ukuran 10, tapi realitasnya tidak tahu 10 mana yang dimaksud.
Sampai dibatas ini, kita menerima kenyataan itu sebagai sebuah kenyataan yang wajar. Baru ketika sebuah bangunan ambrol,  orang baru tertarik melacak bagaimana semennya, besinya dan lain-lain. Ambrolnya bangunan membuat semua tertarik untuk membuat yang makin detil bahwa yang digunakan adalah besi ukuran 10 yang tipis, atau besi ukuran 8. Kalau kenyataannya 8, kok dikatakan 10? Maka 8 itu akan menegaskan dirinya sendiri kelak di suatu hari. (am)

Sabtu, 14 Januari 2012

Pentingnya Visi & Misi Keluarga

Pentingnya Visi & Misi Keluarga

By  
Font size: Decrease font Enlarge font
Indonesia Strong From Home
Problematika terbesar dalam keluarga kebanyakan bukan berasal dari anak, melainkan dari orangtua. Masalah pada orangtua terutama berasal dari komunikasi antara orangtua (ibu dan bapak/suami istri).
Masih banyak orangtua yang berjuang dalam proses untuk melakukan kesamaan visi dan misi, rekonsiliasi, saling memahami dan memaklumi. Bahkan banyak juga pasangan (orangtua) yang belum sampai ke tahapan itu, sehingga cekcok sering terjadi.
Dalam hidup kita sejak lahir hingga mati, waktu yang paling paling lama adalah masa berkeluarga. Pada waktu terlama ini, kita punya kesempatan untuk menjadikan “keluargaku surgaku” atau sebaliknya.
Untuk itu orangtua harus punya visi dan misi yang jelas dalam membangun keluarga. Awal tahun merupakan momentum yang tepat bagi kita, untuk mengevaluasi kembali visi dan misi keluarga. Kita harus tahu apa yang kita impikan tentang keluarga, dan jangan lupa untuk selalu melibatkan Tuhan dalam mimpi-mimpi kita.
Perkawinan adalah sebuah perjalanan.  Untuk itu perlu persiapan yang baik. Sayangnya kebanyakan pasangan sebelum menikah hanya membicarakan perencanaan yang enak-enak saja. Sehingga setelah menikah baru tersadar dan kaget. Jika pasangan (suami istri) tidak bisa menyikapinya dengan baik, maka bisa berakibat fatal.
Pada tahun-tahun pertama perkawinan, 80% problem yang muncul adalah problem yang sederhana, tapi kalau tidak diselesaikan dengan baik akan menjadi problem yang besar, dan menjadi bom waktu yang siap meledak.
Jangan sampai, ditengah perjalanan perkawinan yang semakin jauh, kita masih saja berjuang untuk merekatkan hubungan dengan pasangan. Ibarat kapal yang sedang berlayar, harus ada kesamaan antara nahkoda dengan para penumpangnya. (am)