Yang Terkatakan Tanpa Harus Dikatakan
By 16 January 2012

Ada soal-soal yang tidak perlu dikatakan tapi akan tetap mengatakan dirinya sendiri, karena segala sesuatu terikat oleh hukum. Hukum akan bekerja tanpa meminta persetujuan kita, apakah kita setuju atau tidak, suka atau tidak. Hukum akan tetap bekerja untuk menegaskan dirinya. Misalnya soal kebohongan.
Kalau seseorang memperagakan kebohongan, tidak perlu orang lain menginvestigasi apakah ia benar-benar bohong atau tidak. Kalau hanya berdasarkan beragam teknik untuk menutupi kebohongan, maka seluruh teknologi canggih sudah ditemukan. Tapi akhirnya,betapapun canggihnya tidak diperlukan, karena selalu kalah oleh hukum yang bekerja.
Bangunan-bangunan yang dikurangi semennya, walau dilaporkan sudah memadai, namun pada akhirnya ia akan menjelaskan berapa jumlah semen yang sebenarnya. Beton yang dikurangi besaran besinya, ia akan menjelaskannya. Di Indonesia, ukuran beton itu ajaib, bermacam-macam sebutannya, tidak ada ukuran baku. Ada ukuran 10 besar, 10 kecil, 10 tipis, atau 10 tebal. Macam-macam definisnya. Akhirnya yang dilaporkan ukuran 10, tapi realitasnya tidak tahu 10 mana yang dimaksud.
Sampai dibatas ini, kita menerima kenyataan itu sebagai sebuah kenyataan yang wajar. Baru ketika sebuah bangunan ambrol, orang baru tertarik melacak bagaimana semennya, besinya dan lain-lain. Ambrolnya bangunan membuat semua tertarik untuk membuat yang makin detil bahwa yang digunakan adalah besi ukuran 10 yang tipis, atau besi ukuran 8. Kalau kenyataannya 8, kok dikatakan 10? Maka 8 itu akan menegaskan dirinya sendiri kelak di suatu hari. (am)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar