Minggu, 08 Januari 2012

Sudut Pandang Perempuan

Sudut Pandang Perempuan

By  
Font size: Decrease font Enlarge font
Refleksi Prie GS
Sudut pandang laki-laki mendominasi di negeri ini. Baik dalam bidang politik, tata kota, penyusunan anggaran, pemberantasan korupsi dan lain-lain. Hal itu perlu diseimbangkan dengan sudut pandang perempuan. Tidak bisa dipungkiri, ibu adalah tempat seluruh muara.
Sebuah penelitian tentang sudut pandang perempuan mengabarkan kepada saya, betapa semua sudut pandang di negeri ini adalah sudut pandang laki-laki, baik itu keputusan politik, penyusunan anggaran negara, atau perencanaan pembangunan.  Kalau diteruskan, sudut pandang ini merambah ke tingkat berikutnya, termasuk rumah kita.
Tata kota dan taman-taman kota sebagian besar berwajah maskulin. Pasar dibangun sebagai hasil imajinasi laki-laki. Padahal didalamnya sebagian besar adalah perempuan. Begitu juga dengan manajemen bencana. Itulah sebabnya mengapa barang-barang bantuan yang tersisa kebanyakan adalah pakaian dan mi instan. Sementara pembalut wanita, popok bayi, atau ember, tidak pernah terpikir pada saat bencana. Itu karena semua berpikir dari sudut pandang laki-laki. Penanganan konflik, terorisme, dan korupsi, juga tidak jauh berbeda.  Semua berpikir dari sudut pandang laki-laki.   Mudah ditebak, apa yang ada di kepala teroris laki-laki, tapi tidak halnya dengan apa yang ada di benak istri mereka. Penanganan korupsi bagai perang yang tak kunjung usai. Kita hanya melihat korupsi dari faktor sebab, pencegah, dan hukum, dari sudut pandang laki-laki.     
Dimensi itu perlu diseimbangkan, karena banyak kemajuan terlalu maju, jatuhnya juga buru-buru. Gerakan yang terlalu cepat, kejatuhannya juga keliru.
Kedudukan perempuan adalah sebagai ibu. Hampir semua gerakan pulang yang rindu berousat pada ibu. Suami pulang ke istri, anak pulang ke ibu, cucu pulang ke nenek. Jarang sekali cucu menyebut kangen pada kakeknya lebih dulu, selalu nenek.
Ibu adalah tempat seluruh muara. Apa jadinya jika sebuah aliran tanpa pernah bertemu muara? Kegagalan sudut pandang perempuan adalah kenistaan terhadap nilai keibuan. Serupa dengan suami yang ditinggalkan istri, dan anak yang ditinggalkan ibu. (am)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar