Jumat, 12 Agustus 2011

Biografi Sebuah Cangkir Antik


Home | Smart Ethos | Biografi Sebuah Cangkir Antik

Biografi Sebuah Cangkir Antik

By 
Font size: Decrease font Enlarge font
Smart Ethos
Adalah sepasang suami istri yang sudah menikah selama  25 tahun. Mereka ingin merayakan pernikahan peraknya dengan melancong ke luar negeri, mereka memilih London. Di sana mereka memuaskan kebahagiaan dengan jalan-jalan, makan-makan dan sebagainya. Pada hari terakhir, mereka mengunjungi toko antik. Mereka memang pecinta barang-barang antik dan koletor cangkir antik.  Mereka melihat cangkir unik dan bagus. Mereka  ingin membelinya sebagai memori pernikahan mereka.
Ketika si nyonya sedang memperhatikan cangkir itu dengan seksama, tiba-tiba cangkir itu bicara, “Hay Nyonya, apakah Anda tahu riwayat hidupku?”. Si nyonya terkejut dan tidak bisa memberi respon apa-apa. Cangkir lalu melanjutkan, “Dulu aku adalah lempung. Sebagai lempung aku dikumpulkan, dibawa ke bengkel, dibanting-banting,  diaduk, dibentuk, dan dibakar di dalam oven. Panas sekali, aku  merasa ini adalah neraka. Kemudian aku dikeluarkan untuk dibentuk lagi, aku diperhalus dengan perkakas, rasanya sakit sekali. Aku lalu diberi hiasan. Demkianlah cerita tahap demi tahap sampai aku menjadi cangkir. Hingga akhirnya aku sampai di toko ini”.
Pertanyaan buat kita adalah, bagaimana riwayat hidup Anda? Apa Anda dulu? Darimana Anda hidup dan darimana karir Anda? Kalau Anda sudah bekerja selama 20 tahun, maka usia Anda saat ini mungkin sekitar 40-45 tahun. Tapi berapapun usia Anda, itu adalah sebuah pengalaman. Anda mempunyai cerita yang panjang.
Sebagai manusia, cerita kita tidak dimulai sejak kita lahir saja, tapi jauh sebelum itu. Bersambung dari ayah ibu kita, bahkan nenek moyang kita.  Hingga hari  ini, kita menapaki pekerjaan kita , kota kita,  keluarga kita, itu adalah sebuah cerita panjang. Salah satu dimensi penting dalam kehidupan adalah cerita itu sendiri. Orang sering menilai hidupnya dari perolehannya saat ini. Itu tidak salah. Tapi  dimensi yang juga penting adalah kisah kehidupan kita. Ketika kelak kita sudah tiada, kisah hidup kita barangkali bisa diabadikan. Itulah yang tersisa yang diwariskan kepada keturunan kita. Jadikan biografi kita inspirasional bagi sekeliling kita terutama keluarga kita. Seperti cerita cangkir antik, kita adalah insan yang punya cerita.(Smart FM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar