Senin, 22 Agustus 2011

Terpaksa Untuk Kebaikan


Terpaksa Untuk Kebaikan

By 
Font size: Decrease font Enlarge font
Refleksi Prie GS
Saya sebenarnya adalah orang yang pemalas. Untuk itu saya mencari berbagai faktor pemaksa yang membuat saya harus rajin. Antara lain saya mencari radio yang memaksa saya siaran, sehingga saya terpaksa siaran. Orang-orangpun mengangap  saya rajin siaran. Rajin itu adalah mekanisme yang bisa diselenggarakan prosesnya. Dan salah satu prosesnya adalah  keterpaksaan.

Buah keterpaksaan tidak selalu bernama keburukan. Ia hanya entry point, pintu masuk. Soal bahwa Anda masuk dengan rela atau terpaska jangan dirisaukan, yang penting Anda berusaha. Jadi yang menentukan bukan bagaimana Anda masuk, tapi kenyataan Anda ada dalam. Itulah nilai Anda sekarang. Orang tidak lagi berkonsentrasi bagaimana dengan cara Anda masuk ke dalam, tapi bagaimana kualiats Anda ketika sudah di dalam.

Saya ingat sebuah petikan dialog kecil dalam film Harry Potter saat sedang terjadi kompetisi memperebutkan sebuah benda dengan musuhnya. Harry nyaris menang. Tapi ketika keduanya adu lari untuk memperebutkan benda itu, musuh Harry terlilit akar ajaib. Saat itu Harry  hanya butuh melenggang untuk mengalahkan musuhnya. Tapi Harry menghnetikan kompetisi, ia memutuskan untuk menolong musuhnya. Musuh berjata kepada Harry, “Kalau kamu membiarkan aku mati, itu akan memudahkan kamu menang”. Harry berkata, “Dalam hitungan detik, saya memang sempat berfikir seperti itu”.

Pikiran semacam itu boleh saja menghuni benak kita sejenak. Yang menjadi mutu kita bukan lintasan pikiran itu, tapi bagaimana tindakan kita pada akhirnya. Maka buatkah keterpaksaan agar Anda terpaksa berbuat kebaikan.(Smart FM Jakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar