Surga Ada Di Sini
By 9 hours 18 minutes ago

Surga bukan hanya di alam akhirat. Surga bisa ada ada didunia. Defnisi surga dalam hal ini adalah endless happiness, kebahagiaan yang tiada akhir. Itulah surge di dunia ini. Bukankah agama menganjurkan kita untuk meminta kebahagiaan di dunia dan akhirat? Itu mengisyaratkan kalau surga juga ada di sini, di dunia.
Namun, banyak orang yang beranggapan kalau surga adalah sesuatu yang ghaib untuk saat ini, surga adalah perkara nanti. Anggapan ini membuat orang cenderung bersikap meremehkan persoalan. Karena menganggap surga itu “masih lama”, maka manusia tidak bersegera berbuat kebaikan. Begitu juga dengan menganggap neraka “masih lama’, maka manusia menjadi tidak takut berbuat dosa, karena menganggap balasan atas dosa yang dilakukan masih lama. Toh masih bisa bertobat, begitu kira-kira.
Sifat manusia adalah ingin sesuatu yang bersifat jangka pendek. Dengan meyakini bahwa surga ada di sini, maka kita akan terpacu untuk meraih surga di dunia ini dan terdorong untuk berbuat kebaikan.
Surga dan neraka di dunia ini adalah konsekuensi dari apa yang kita lakukan. Ada 4 bentuk konsekuensi di dunia:
1. Hukum alam. Sifatnya pasti dan langsung, bisa kita terima saat itu juga. Kalau kita melakukan kebaikan kita akan mendapatkan ketenanangan dan kebahagiaan. Sementara kalau kita keluar dari lingkaran kebaikan/beruat dosa, maka kita akan mendapat kegelisahan.
2. Hukum social. Hukum social juga pasti, tapi ada jeda waktu. Contoh: Orang yang korupsi masih dipercaya menjadi pemimpin. Suami/istri yang berselingkuh tidak diceraikan, itu karena belum terungkap. Suatu ketika pasti akan terbongkar.(Smart FM)
3. Hukum formal. Sifatnya tidak pasti, bisa direkayasa. Contoh: Orang korupsi dihukum ringan, bahkan bebas, kabur dansebagainya. Itu yang dibicarakan dalam sistem hukum kita. Pelru barang bukti, sementara barang bukti bisa direkayasa atau dihilangkan.
4. Hukum akhirat. Sifatnya pasti, tapi ‘nanti’, sehingga masih terlalu lama.
Salah satu cara untuk meraih kebahagiaan yang tiada akhir adalah dengan menjadi hamba yang bersyukur atas nikmat apapun yang diperoleh.
Namun, banyak orang yang beranggapan kalau surga adalah sesuatu yang ghaib untuk saat ini, surga adalah perkara nanti. Anggapan ini membuat orang cenderung bersikap meremehkan persoalan. Karena menganggap surga itu “masih lama”, maka manusia tidak bersegera berbuat kebaikan. Begitu juga dengan menganggap neraka “masih lama’, maka manusia menjadi tidak takut berbuat dosa, karena menganggap balasan atas dosa yang dilakukan masih lama. Toh masih bisa bertobat, begitu kira-kira.
Sifat manusia adalah ingin sesuatu yang bersifat jangka pendek. Dengan meyakini bahwa surga ada di sini, maka kita akan terpacu untuk meraih surga di dunia ini dan terdorong untuk berbuat kebaikan.
Surga dan neraka di dunia ini adalah konsekuensi dari apa yang kita lakukan. Ada 4 bentuk konsekuensi di dunia:
1. Hukum alam. Sifatnya pasti dan langsung, bisa kita terima saat itu juga. Kalau kita melakukan kebaikan kita akan mendapatkan ketenanangan dan kebahagiaan. Sementara kalau kita keluar dari lingkaran kebaikan/beruat dosa, maka kita akan mendapat kegelisahan.
2. Hukum social. Hukum social juga pasti, tapi ada jeda waktu. Contoh: Orang yang korupsi masih dipercaya menjadi pemimpin. Suami/istri yang berselingkuh tidak diceraikan, itu karena belum terungkap. Suatu ketika pasti akan terbongkar.(Smart FM)
3. Hukum formal. Sifatnya tidak pasti, bisa direkayasa. Contoh: Orang korupsi dihukum ringan, bahkan bebas, kabur dansebagainya. Itu yang dibicarakan dalam sistem hukum kita. Pelru barang bukti, sementara barang bukti bisa direkayasa atau dihilangkan.
4. Hukum akhirat. Sifatnya pasti, tapi ‘nanti’, sehingga masih terlalu lama.
Salah satu cara untuk meraih kebahagiaan yang tiada akhir adalah dengan menjadi hamba yang bersyukur atas nikmat apapun yang diperoleh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar