Senin, 23 Mei 2011

Human Being VS Human Doing

Suatu hari saya menerima SMS dari seseorang yang ingin bertemu dengan saya. Setelah melihat agenda, saya katakan kepadanya, bahwa ia bisa datang ke kantor saya 2 hari lagi. Orang itu membalas kembali dengan kalimat: ” Terima kasih atas waktu yang bapak luangkan untuk orang kecil seperti saya, seorang sales”.
Saya tertarik dengan kalimat tersebut. Dalam kalimatnya, dia memberi label dirinya sebagai orang kecil, dia menyebut sales sebagai sesuatu yang kecil, dia menempatkan dirinya inverior terhadap saya. Apalagi jika saat mengucapkan disertai dengan perasaan rendah. Lengkap sudah, ia telah memutuskan nasib untuk dirinya sendiri, karena yang dia ucapkan menjadi blue print bagi dirinya.
Inilah akibatnya jika kita melihat orang sebagai Human Doing, bukan Human BeingHuman Doingmembedakan seseorang berdasarlan penampilan dan perbuatannya. Hal ini mengakibatkan adanya perlakukan istimewa seperti: Orang kaya silahkan duduk didepan, orang miskin di belakang. Karyawan berprestasi duduk di depan, karyawan biasa di belakang. Untuk konteks tertentu, hal itu tidak salah.
Sementara pada Human Being, seseorang dilihat karena ke-diriannya, yang dilihat adalah kemakhlukannya. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, maka ada Tuhan dibalik dirinya. Pandanglah diri anda sendiri sebagai Human Being! Kalau anda seorang top sales, orang yang banyak harta, jangan bersikap ‘petantang-petenteng’ (sombong). Jabatan dan label tidak akan lama, jangan merasa tinggi untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu (pekerjaan rendah). Kalau anda tidak punya apa-apa jangan minder, tapi kalau anda tidak punya watak bagus, baru anda boleh waswas.(PrasetyaM Brata)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar