Penulis Robert Keosaki membuat buku berjudul “If You Want to be Rich and Happy, Don’t Go to School”. Buku yang menggelitik kita dan dunia pendidikan kita. Mengapa pemikiran itu muncul ke permukaan, bahkan di negara maju seperti Amerika? Herannya lagi, orangtua penulis dulu juga berprofsi sebagai pengajar di sekolah.
Ini adalah sindiran yang sangat keras bagi dunia pendidikan. Rich dan Happy adalah impian semua orang, tapi mengapa tidak bisa diperoleh jika bersekolah?
Ternyata pandangan ini bukan pandangan baru. Sebelumnya So Ichiro, pendiri Honda juga punya pandangan serupa tentang sekolah, namun dalam kalimat yang berbeda. Katanya: “Sekolah terlalu banyak memberi apa yang tidak ingin saya ketahui, dan sedikit memberi yang saya ingin ketahui. Untuk itu saya hanya pergi sekolah bila ingn tahu sesuatu”.
Ternyata pandangan ini bukan pandangan baru. Sebelumnya So Ichiro, pendiri Honda juga punya pandangan serupa tentang sekolah, namun dalam kalimat yang berbeda. Katanya: “Sekolah terlalu banyak memberi apa yang tidak ingin saya ketahui, dan sedikit memberi yang saya ingin ketahui. Untuk itu saya hanya pergi sekolah bila ingn tahu sesuatu”.
John Lenon juga punya pandangan senada tentang sekolah dan guru. Katanya: “Aku menyadari apa arti jenius pada usia 8 tahun. Aku selalu bertanya, mengapa tidak ada yang menyadari kalau aku jenius? Di sekolah tidak ada yang melihat aku jauh lebih pintar dari murid-murid yang lain. Para guru itulah yang bodoh. Infromasi yang mereka miliki dan mereka berikan pada saya adalah informasi yang tidak aku butuhkan.
Pengusaha nasional Bob Sadino punya pandangan senada. Ia berkata pada anaknya: “Kamu boleh sekolah sejauh kamu mau. Tapi kalau sudah tidak mau keluar saja, biar papa yang menjadi gurumu”. Dalam sekali makna ucapan-ucapan itu.
Contoh orang-orang yang meninggalkan belajar di sekolah antara lain, penulis terkenal Gola Gong. Ia lebih memilih mengundurkan diri dari kampus untuk menggeluti bidangnya secara utuh. Begitu juga dengan raja software dunia, Bill Gate.
Dengan demikian, ini bukanlah pandangan baru dari satu orang saja, tapi juga pandangan banyak orang sukses. Mari kita kaji kembali, apakah kurikulum pendidikan lebih banyak mengajarkan anak tentang hal-hal yang mereka perlukan? atau hanya hal-hal yang sifatnya mubazir?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar