Minggu, 08 Mei 2011

Kecoa, Kuntilanak dan Konflik

Saya sangat takut dengan kecoa. Semua yang berhubungan dengan kecoa masuk dalam daftar  hitam, radar mental saya aktif 24 jam. Alarm akan berbunyi ketika radar menangkap tanda-tanda yang menunjukkan adanya kecoa, baik itu gambar, suara maupun bau.
Suatu malam saya ‘nongkrong’ di warung nasi goreng dengan teman-teman. Tiba-tiba saya menangkap adanya kehadiran kecoa. Benar saja, dari jarak 3 meter, saya melihat seekor kecoa mengendap-endap di pinggir selokan. Namun  saya tetap berusaha untuk melanjutkan menyantap nasi goreng, meski dengan kewaspadaan tingkat tinggi. Tiba-tiba, ada sesuatu terbang dan menyentuh pipi saya. Saya langsung bereaksi menangkisnya. Akibatnya nasi goreng saya tumpah. Ternyata yang menyentuh pipi saya adalah sehelai daun kering yang jatuh dari pohon.
Suatu malam, saya nonton film horor dengan tokoh kuntilanak. Ketika masuk kamar mandi di rumah, entah karena tersenggol atau apa, kepala shower jatuh dari tempatnya. Saya langsung bereaksi panik, karena mengira ada kuntilanak.
Itulah akibatnya, ketika kita takut pada sesuatu, maka tanpa sadar fokus kita pada sesuatu itu makin besar,  kita makin sadar pada sesuatu itu, dan merasa semkain dekat. Ketakutan makin nyata dan makin hadir dalam kehidupan kita.
Seorang teman bertanya kepada saya: apakah saya tersinggung karena SMSnya tidak dijawab. Ia bertanya begitu karena katanya, ia paling takut dengan konflik, ia takut salah, dan ingin menghindari konflik. Teman saya tidak sadar  bahwa  mindset itu justru  membawa dia sering berada  pada keadaan konflik, karena konflik akan selalu ada, selama manusia berinteraksi dengan sesama. Kitalah yang memberi makna positif atau negatif pada konflik itu.
Seperti halnya kasus kecoa, dalam hal ini adalah bagaimana kita tenang menghadapi kecoa, dan bertindak agar kecoa itu pergi, baik dalam keadaan hidup maupun mati. Kita tidak bisa menghindari konflik. Yang bisa kita lakukan adalah tenang, dan mencari penyelesaian konflik. Judulnya adalah tenang, berani, dan mencari solusi.(Prasetya M Brata)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar