Rusia Ajak Indonesia ke Ruang Angkasa
Yunanto Wiji Utomo | Tri Wahono | Selasa, 12 April 2011 | 19:51 WIB

Dibaca: 20190

Komentar: 112

TERKAIT:
JAKARTA, KOMPAS.com - Kosmonot Rusia Yuri Gagarin berhasil melakukan penerbangan pertama ke antariksa Rabu, 12 April 1961. Hari ini, 12 April 2011, tepat 50 tahun sudah momen bersejarah tersebut berlalu. Untuk memperingatinya, Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia menggelar pameran foto dan seminar bertema "50 Tahun Masa Eksplorasi Ruang Angkasa: Yuri Gagarin dan Indonesia."
Dalam pembukaan seminar, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Alexander A. Ivanov Ph.D berbagi kenangannya tentang sosok Yuri Gagarin. Ia mengatakan, saat itu ia masih berusia 9 tahun saat Yuri Gagarin melakukan penerbangan. Meski demikian, Ivanov mengaku mengingat dengan jelas apa yang terjadi kala itu.
"Setelah Yuri terbang, orang-orang berkumpul di jalanan di Moskow, semuanya tersenyum dan tertawa," ungkapnya.
Menurut Ivanov, keberhasilan Gagarin saat itu tak cuma membuat bahagia publik Rusia saja, tetapi juga dunia. Ia juga mengatakan bahwa keberhasilan Gagarin menandai semakin majunya peradaban manusia.
Dalam kesempatan itu, Ivanov juga menunjukkan beberapa foto yang dipasang di ruang Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia. Salah satu foto yang ditunjukkan adalah foto Presiden Soekarno berjejer dengan Yuri Gagarin.
Soekarno bertemu dengan Yuri Gagarin pada Juni 1961, hanya 2 bulan setelah penerbangan pertama ke antariksa itu. Soekarno juga bertemu dengan Sergei Korolyov, desainer Vostok 1, pesawat yang digunakan Gagarin.
Ivanov mengatakan, foto itu menandai dekatnya hubungan Rusia-Indonesia. Karenanya, ia berharap bangsa Indonesia juga mengenang hari ini sebagai peringatan kedekatan hubungan Indonesia-Rusia.
"Pada awal tahun 60-an, Rusia yang waktu itu merupakan Uni Soviet dan Indonesia membuat langkah bersama untuk mengembangkan Indonesia sebagai negara yang baru saja merdeka," ungkap Ivanov. Ia berharap, kerja sama antara Rusia dan Indonesia tetap berlanjut, termasuk dalam bidang antariksa.
Hal yang sama juga diungkapkan Direktur Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia, Yuri N Zozulya. Zozulya mengatakan, "Secara pribadi, impian saya pribadi, saya ingin mengirimkan kosmonot Indonesia untuk terbang menggunakan pesawat kami. Ini seperti yang kita lakukan dengan negara lain."
Namun, ia menuturkan bahwa ia sendiri tak berhak untuk memutuskan. "Semua tergantung pada keputusan di tingkat pemerintah," katanya. Ia mengatakan, sebelumnya Rusia telah menerbangkan kosmonot asal Malaysia.
Kerja sama Indonesia-Rusia dalam bidang antariksa berlangsung dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah rencana proyek peluncuran roket antariksa dari Pulau Biak, Papua. Saat ini, rencana belum terwujud karena menunggu RUU Keantariksaan disahkan menjadi undang-undang.
Dalam pembukaan seminar, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Alexander A. Ivanov Ph.D berbagi kenangannya tentang sosok Yuri Gagarin. Ia mengatakan, saat itu ia masih berusia 9 tahun saat Yuri Gagarin melakukan penerbangan. Meski demikian, Ivanov mengaku mengingat dengan jelas apa yang terjadi kala itu.
"Setelah Yuri terbang, orang-orang berkumpul di jalanan di Moskow, semuanya tersenyum dan tertawa," ungkapnya.
Menurut Ivanov, keberhasilan Gagarin saat itu tak cuma membuat bahagia publik Rusia saja, tetapi juga dunia. Ia juga mengatakan bahwa keberhasilan Gagarin menandai semakin majunya peradaban manusia.
Dalam kesempatan itu, Ivanov juga menunjukkan beberapa foto yang dipasang di ruang Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia. Salah satu foto yang ditunjukkan adalah foto Presiden Soekarno berjejer dengan Yuri Gagarin.
Soekarno bertemu dengan Yuri Gagarin pada Juni 1961, hanya 2 bulan setelah penerbangan pertama ke antariksa itu. Soekarno juga bertemu dengan Sergei Korolyov, desainer Vostok 1, pesawat yang digunakan Gagarin.
Ivanov mengatakan, foto itu menandai dekatnya hubungan Rusia-Indonesia. Karenanya, ia berharap bangsa Indonesia juga mengenang hari ini sebagai peringatan kedekatan hubungan Indonesia-Rusia.
"Pada awal tahun 60-an, Rusia yang waktu itu merupakan Uni Soviet dan Indonesia membuat langkah bersama untuk mengembangkan Indonesia sebagai negara yang baru saja merdeka," ungkap Ivanov. Ia berharap, kerja sama antara Rusia dan Indonesia tetap berlanjut, termasuk dalam bidang antariksa.
Hal yang sama juga diungkapkan Direktur Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia, Yuri N Zozulya. Zozulya mengatakan, "Secara pribadi, impian saya pribadi, saya ingin mengirimkan kosmonot Indonesia untuk terbang menggunakan pesawat kami. Ini seperti yang kita lakukan dengan negara lain."
Namun, ia menuturkan bahwa ia sendiri tak berhak untuk memutuskan. "Semua tergantung pada keputusan di tingkat pemerintah," katanya. Ia mengatakan, sebelumnya Rusia telah menerbangkan kosmonot asal Malaysia.
Kerja sama Indonesia-Rusia dalam bidang antariksa berlangsung dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah rencana proyek peluncuran roket antariksa dari Pulau Biak, Papua. Saat ini, rencana belum terwujud karena menunggu RUU Keantariksaan disahkan menjadi undang-undang.
adi siswantoSelasa, 19 April 2011 | 09:58 WIBhmmm,,fotonya bagus,,jika yg dikatakan di atas benar, maka sebenarnya kita sedang membaca data sejarah bahwa terjadi hubungan manis Indonesia-UniSoviet saat itu,,jika kita lihat sekarang,,Indonesia dalam hampir setiap aspek ekonomi, teknologi, dan budaya, terasa lebih dekat dengan kontra Uni Soviet saat itu. dari kedua kenyataan ini, saya berpikir: oh,,secara ideologis(komunis dan kapitalisme), Indonesia juga mengalami perubahan, menunggu softpower strategy yang mampir mendekatinya.
PUTRA NEGERI
Ahmad ZumaliSenin, 18 April 2011 | 17:31 WIBHai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.(QS. ar-Rahman; 55/3) Kekuatan yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi juga butuh dukungan ilmu ekonomi untuk dapat membiayai segala kebutuhan riset dan pembangunan. Ilmu ekonomi juga didukung dengan stabilitas ilmu politik, kepemimpinan dan kultur masyarakat yang berbudaya. Berbudaya ingin tahu atau belajar (iqro), berbudaya tidak saling menghina, berbudaya saling membantu, berbudaya saling berbagi ilmu yang baik, berbudaya saling berbagi rezeki, berbudaya tidak mencuri hak orang lain apalagi korupsi, berbudaya tidak sombong ketika pintar, berbudaya tidak membunuh orang, berbudaya saling bekerja sama, berbudaya saling percaya, dan banyak sekali budaya-budaya dan sebenarnya sudah dijelaskan secara jelas di dalam kitabullah. lalu setelah mampu mendapatkan ilmu dan teknologi , apakah manusia akan membuat kerusakan? tentunya dengan tantangan zaman yang semakin canggih, ketidak seimbangan alam, peperangan berebut harta, ujung-ujungnya adalah kembali kepada sang Pencipta. maka sadarilah bahwa setiap individu adalah khalifah atau pemimpin yang tidak membuat kerusakan di muka bumi. maka beruntunglah bagi kaum muslimin yang hidupnya tidak berlebih-lebihan atau boros dan tidak kikir karena mampu berbagi rezekinya kepada yang lain melalui zakat, infaq dan sodaqoh. Semakin tinggi kecepatan laju perkembangan zaman maka semakin cepat kerusakan bumi dan langit dan samakin cepat terjadinya kiamat. Kaum muslimin hidupnya adalah seimbang sehingga mampu menjaga laju perkembangan zaman. Mestinya budaya barat memperlambat laju perkembangan zaman agar alam semesta ini tetap terjaga kelestariannya. tugas kita sebagai kaum muslimin untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan. dan mereka kaum barat insyaallah sadar dengan sendirinya bahwa ilmu manusia adalah sangat-sangat terbatas sehingga mereka tidak bisa menyombongkan diri. pesan bagi koruptor yang berkedok agama, luruskan niat untuk kemajuan ipoleksosbudhankam teknologi melalui pendidikan, riset, pembangunan dan team work antar multi disiplin. pesan untuk para pemimpin Indonesia ini, sederhanakan pemikiran kita, apa yang perlu diutamakan? masalah begitu banyak sekali....petakkanlah masalah di negeri ini lalu kerucutkan masalah kemudian membuat solusi dengan paramater keberhasilan. kalo saya sarankan teknologi di indonesia disesuaikan dengan budaya kebanyakan indonesia. masalah pangan ----- > bantu para petani Indonesia baik ilmu teknologi maupun ilmu ekonomi yang didalamnya ada ilmu produksi dan marketing. Parameter : semua rakyat Indonesia tidak ada yang kelaparan (100%, harga mutlak. begitupun dengan masalah-masalah lain. saya rasa pemerintah kita terdapat banyak menteri, kalo mereka bekerja dengan parameter yang ada tentunya ada tanggung jawab moral sehingga bekerja dengan ikhlas semata untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT sehingga parameter rakyat sejahtera akan terwujud. semoga bermanfaat, salam, AZ semoga bermanfaat, salam, AZ
HARDIYANTO SOEDIJONOSenin, 18 April 2011 | 15:19 WIBfoto ini sangat membanggakan.. Indonesia yang sempat menjadi flamboyan seperti Presiden Soekarno... jaman sekarang sangat banyak berkarung-karung orang pinter, lihat saja banyak orang sekolah S3, semakin banyak Jenderal bintang empat, jadi semuanya minta jadi pemimpin, sehingga tidak ada lagi memuja pemimpinnya yang flamboyan....
Kokoh Wardoyo Ahp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar