Rabu, 20 April 2011

Kisah Segelas Ice Cream

Suatu hari, seorang anak laki-laki datang ke restoran cepat saji, untuk membeli ice cream sundae kesukaannya. Seorang pelayan menghampiri meja tempat anak itu duduk, menuangkan segelas air putih, lalu bertanya: “Mau pesan apa dik?”. Si anak balik bertanya, “Berapa harga satu corn ice cream sundae?”. “Dua ribu”, jawab pelayan. Si anak lalu mengeluarkan beberapa uang receh dari dalam sakunya, dan dengan malu-malu  menghitungnya, lalu ia kembali bertanya: “Kalau segelas ice cream tanpa rasa, berapa harganya?”. “Seribu lima ratus”, jawab pelayan dengan setengah hati. “Kalau begitu saya pesan segelas ice cream tanpa rasa saja”, lanjut anak itu.
Ice cream pesanan datang,  anak itu langsung menyantapnya. Setelah selesai, ia meninggalkan uang seribu lima ratus di atas bon pembayaran, dan uang logam lima ratus disebelah gelas kosong, lalu ia keluar dari restoran cepat saji.
Ketika pelayan akan membersihkan meja itu, ia mengambil uang pembayaran, dan melihat satu uang logam lima ratus disebelah gelas kosong. Pelayan itu pun terharu dan sedih. Ia terharu dengan sikap anak tadi, yang rela melupakan ice cream sundae kesukaannya, karena ingin memberi tips penghargaan kepada si pelayan, sebagai ucapan terima kasih.
Dari kisah ini kita bisa memetik pesan untuk “belajar menghargai orang lain, atau seseorang yang kita temui”. Jangan anggap remeh seseorang berdasarkan penampilannya, bentuk tubuhnya, dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari,  kita harus dapat menghargai seseorang yang kita temui, karena bisa jadi ia lebih terhormat daripada kita. Kalau kita ingin meningkatkan kecerdasan iterpersonal, kita harus belajar menghormati orang lain, sebelum kita ingin dihormati.(Smart FM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar