Rabu, 20 April 2011

Godaan di Atas Segala Godaan

Seorang penyelundup yang buron pergi ke seorang bijak. Ia meminta orang bijak untuk menyembunyikan barang-barang terlarang. Ia merasa karena kesalehan orang bijak, tidak akan ada seorangpun yang curiga kepadanya. Namun orang bijak itu menolak. Orang bijak meminta penyelundup itu keluar dari rumahnya. Namun penyelundup merayu, “Saya akan beri Anda seratu ribu untuk kebaikan Anda”.   Orang bijak diam, lalu menjawab, “Tidak!”. Si penyelundup tidak menyerah, ia terus menaikkan pemberian, dua ratus ribu, tiga ratus ribu, hingga lima ratus ribu. Orang bijak terdiam, ia lalu mengambil tongkat dan berkata, “Keluar kamu sekarang juga, kamu sudah semakin dekat dengan harga saya!”.  Orang bijak itu menunjukkan kesadaran yang tepat waktu. Dia sadar begitu tergoda.
Kesadaran sangat penting. Banyak orang tidak sadar dirinya tergoda. Mereka sadar setelah segalanya terjadi. Namun ada lagi jenis kesadaran yang lebih tinggi tingkatnya. Ini disebut kesadaran sebelum terjadi. Anda sadar sepenuhnya akan keberadaan anda dan posisi anda yang rawan godaan. Semua jabatan memang rawan godaan. Karena itu anda harus waspada terhadap berbagai bentuk godaan. Pejabat pemerintah akan digoda oleh pengusaha yang ingin berbisnis. Penegak hukum digoda oleh pelanggar hukum. Mereka harus sadar terhadap politik uang yang selalu mengintai setiap saat.
Tidak memiliki kedudukan formal bukan berarti bebas godaan. Ilmuwan, cendekiawan, dan pengamat,  termasuk kategori ini. Banyak pengamat bisa dibeli untuk kepentingan pihak tertentu. Mereka mempertaruhkan kecendikiawanan untuk membuat polling yang menggiring opini publik. Semua bermuara disatu kata kunci: Uang!
Tak ada satu halpun yang bisa membuai manusia selain uang. Uang adalah alat penggoda terbesar di dunia. Tak ada yang tidak butuh uang. Kita mencari uang agar hidup layak. Karena kita mencari uang, maka memang wajar kita tergoda jika ada yang menawarkan. Godaan terbesar uang adalah, uang bisa
mengubah pandangan kita, dari memiliki menjadi dimiiki. Kita memang perlu memiliki uang untuk hidup.
Tapi uang hanya berfungsi sebagai alat, kitalah yang harus menjadi tuannya. Uang sering menukar posisi tersebut. Akhirnya kitalah  yang dimiliki uang. Ciri-ciri penyakit ini adalah kalau kita mulai merasa takut kehilangan kedudukan. Ini berarti kita telah dimiliki oleh uang. Ini akan menghilangkan kebebasan kita dalam mengungkap kebenaran. Masalahnya, kita sering menyamakan uang dengan kebahagiaan. Padahal uang adalah apa yang kita dapat.
Sedangkan kebahagiaan sudah ada dalam diri kita. Kebahagiaan adalah sesuatu yang sifatnya bebas, tidak bergantung pada apa yang kita miliki. Uang bukan segalanya. Orang bijak mengingatkan, yang terpenting adalah segala sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang, seperti bahagia, sehat, cinta, damai, saling percaya, dan kesadaran yang sempurna.(Arvan Pradiansyah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar