Rabu, 20 April 2011

Becoming A High EQ Parents

Becoming A High EQ Parents, atau tepatnya Becoming A High EQ Working Parents. Saat ini kebanyakan orangtua (suami istri/ibu bapak) bekerja di luar rumah, sehingga pengasuhan anak diserahkan kepada orang lain/pihak lain.
Di satu sisi, ukuran keberhasilan anak sering diletakkan pada ukuran akademik. Padahal banyak anak yang punya prestasi akademik bagus, tapi prilaku nya bermasalah. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata masalahnya bukan ada pada anak, tapi pada orangtua.  Disinilah perlunya pengembangan bagi orangtua, untuk memperbaiki hubungan antara orangtua dengan anak, serta untuk meningkatkan kualitas pola asuh dan didik anak.
Ada 5 kompetensi EQ orangtua dan anak yang perlu dikembangkan, yaitu:
1. Self-awareness: kesadaran diri
2. Mood management: manajemen suasana hati
3. Self motivation: motivasi diri
4. Impulse control: pengendalian insting
5. Poeple skill: keterampilan
Akibat-akibat yang terjadi jika orangtua mempunyai EQ rendah adalah:
- Anak menjadi overaktif: pemarah, suka memukul, mencari perhatian dengan cara-cara yang aneh dan sebagainya.
- Anak menjadi overpermissive: anak menjadi ‘too nice’, dipukul, membiarkan terjadinya kekerasan.
Tips-tips yang bisa dilakukan oleh orangtua:
- Memberi hukuman setimpal dengan kesalahan pada anak
- Emosi di luar jangan terbawa ke rumah atau dilampiaskan pada anak
- Jika marah, jangan melukai harga diri anak
- Jika marah, jangan lupa mencari solusi
- Beri waktu kepada anak untuk mengatasi isu emosinya
- Saat anak emosional adalah ‘teachable moment’, misalnya ketika ikan hiasnya mati, atau anak sedang sedih, ajari dia dan berempati, jangan menyalahkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar